Minggu, 13 November 2016

PSIKOLOGI UMUM (PENGKONDISIAN DAN TEORI BELAJAR)



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Rendahnya pengetahuan mengenai teori belajar yang benar menyebabkan banyaknya anak yang malas belajar. Padahal belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Belajar juga tidak berpatokan pada guru saja, tetapi juga masyarakat. Seperti pendapat  Crow & crow, dalam buku Educational Psychology (1958) yang menyatakan ”learning is acquisition of habits, knowledge, dan attitude”, belajar adalah memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap. Jadi belajar juga dapat dilakukan dalam bermasyarakat.
Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas tentang pengertian belajar dan teori belajar. Serta faktor-faktor yang memengaruhi proses belajar.

B.     BATASAN MASALAH
Untuk mempermudah arah pembahasan masalahini penulis membuat batasan masalah sebagai berikut:
1.      Pengertian belajar
2.      Faktor-faktor yang memengaruhi belajar dan hasil belajar
3.      Teori belajar

C.    RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang ada maka rumusan masalah yang digunakan adalah:
1.      Apa pengertian belajar?
2.      Bagaimana faktor-faktor yang memengaruhi belajar dan hasil belajar?
3.      Apa saja teori belajar?

D.    TUJUAN PENULISAN
1.      Mendeskripsikan pengertian belajar
2.      Mendeskripsikan faktor-faktor yang memengaruhi belajar dan hasil belajar
3.      Menjelaskan teori belajar

BAB II
LANDASAN TEORI

A.    PENGERTIAN BELAJAR
Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi:
1.      Morgan, dalam buku Introduction To Psychology (1978) mengemukakan: “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”.[1]
2.      Hilgard dan Bower, dalam buku Theories Of Learning (1975) mengemukakan. “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebakan oleh pengalamanya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat matangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan dan pengaruh obat)”.[2]
3.      Gagne, dalam buku The Conditions Of Learning (1997) menyatakan bahwa:”Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatanya(performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi”.[3]
4.      Crow & Crow, dalam buku Educational Psychology (1958) menyatakan”learning is acquisition of habits, knowledge, dan attitude”, Belajar adalah memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap.[4]
5.      Dalam bukunya Conditioning And Instrumental Learning (1967), Walker mengemukakan arti Belajar dengan kata-kata yang singkat, yakni “perubahan, perbuatan sebagai akibat dari pengalaman”.[5]


Berdasarkan beberapa rumusan definisi di atas, bisa dikemukakan beberapa unsur penting yang menjadi ciri atas pengertian mengenai belajar, yaitu berikut ini.
1.      Situasi belajar mesti bertujuan, dan tujuan-tujuan tersebut diterima, baik oleh individu maupun masyarakat.
2.      Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dan perubahan itu bisa mengarah pada tingkah laku yang lebih baik, akan tetapi juga ada kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk.
3.      Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar.
4.      Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut aspek-aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah, keterampilan, kecakapan, sikap, ataupun kebiasaan.[6]
Akhirnya perlu juga dikemukakan adanya pengertian belajar yang lebih praktis, seperti yang dikemukaakn Dimyati Mahmud (1990:59). Ia mengungkapkan, tiga pengertian mengenai perkataan belajar, yakni:
1)      Menemukan
2)      Mengingat
3)      Menjadi efisien.[7]
Kesimpulanya, proses belajar dapat terdiri dari: Menemukan pemecahan yang asli atau berfikir, Mengingat, Menjadi efisien menerapkan pemecahan itu terhadap suatui problem, atau membentuk kebiasaan.

B.      FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR
Secara garis besar, faktor-faktor yang memengaruhi  belajar anak atau individu dapat dibagi dalam dua bagian.
1.      Faktor Endogen atau disebut juga faktor internal, yakni semua faktor yang berada dalam diri individu.
2.      Faktor Eksogen atau disebut juga faktor eksternal, yakni semua faktor yang berada diluar diri individu, misalnya orang tua dan guru, atau kondisi lingkungan disekitar individu.[8]
Kedua faktor diatas, dalam banyak hal, acap kali saling berkaitan dan memengaruhi satu sama lain.
a.       Faktor Endogen
Meliputi dua Faktor, faktor fisik dan faktor psikis
1)      Faktor fisik
Faktor fisik ini bisa kita kelompokkan lagi menjadi beberapa kelompok, antara lain faktor kesehatan. Umpamanya anak yang kurang sehat atau kurang gizi, daya tangkap  dan kemampuan belajar akan kurang dibandingkan dengan anak yang sehat.
2)      Faktor psikis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikis yang bisa memengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan pembelanjaan.adalah faktor-faktor berikutnya.
a)      Faktor inteligensi atau kemampuan
Pada dasarnya, manusia itu berbeda satu sama lain. Salah satu perbedaan itu adalah dalam hal kemampuan atau inteligensi. Sehingga mudah mempelajari sesuatu.dan, sebaliknya, ada orang kemampuannya kurang ,sehingga mengalami kesulitan untuk mempelajari sesuatu. Dengan demikian, perbedaan dalam mempelajari sesuatu disebabkan, antara lain, oleh perbedaan pada taraf kemampuannya.
b)      Faktor perhatian dan minat
Bagi seorang anak, mempelajari sesuatu hal yang menarik perhatian akan lebih mudah diterima daripada mempelajarihal yang tidak menarik perhatian.Dalam penyajian pelajaran pun, hal ini tidak diabaikan,terutama anak kecil. Anak- anak akan tertarik pada hal yang baru dan menyenangkan.

c)      Faktor bakat
:Pada dasarnya bakat itu mirip dan inteligensi. Itulah sebabnya seorang anak yang memiliki inteligensi sanagat cerdas (Superior) atau cerdas luar biasa (very supperior) disebut juga sebagai talented child,yakni anak berbakat.
d)     Faktor motivator
Motivasi adalah keadan internal organisme yang mendorong berbuat sesuatu Karena belajar merupakan suatu proses yang timbul dari dalam, faktor motivasi memegang peranan pula.
e)      Faktor kematangan
Kematangan adalah tingkat perkembangan pada individu atau organ-organnya sehingga berfungsi sebagaimana mestinya.
f)       Faktor kepribadaian
Faktor kepribadaian anak mempengaruhi keadaan anak. Fase perkembanagan seorang anak tidak selalu sama. Dalam proses pembentukan kepribadian ini, ada beberapa fase yang harus dilalui.
b.      Faktor Eksogen
Faktor Eksogen berasal dari luar diri anak. Secara garis besar kita bisa membaginya dalam tiga faktor, yakni: (a) faktor keluarga, (b) faktor sekolah, dan (c) faktor lingkungan lain, di luar keluarga dan sekolah.
1)      Faktor kelurga
Menurut pandangan sosilogis,Kelurga adalah lembaga sosial terkecil dari masyarakat. Pada setiap masyarakat, Keluarga meruapakan pranata sosial yang sangat penting artinya bagi kehidupan sosial. Betapa tidak, warga masyarakat menghabiskan paling banyak waktunya  dalam keluarga, dibandingkan. Misalnya dengan di tempat kerja, dan keluraga adalah wadah anak-anak sejak dini dikondisikan dan dipersiapakn untuk kelak dapat melakukan peranannya dalam dunia orang dewasa.
Dalam hubungn dengan belajar, faktor keluarga tentu saja mempunyai peran penting. Faktor keluarga sebagai salah satu penentu yang berpengaruh dalam belajar, dapat dapat dibagi tiga aspek, yakni: (1) Kondisi ekonomi keluarga, (2) hubungan emosional orang tua dan anak, (3) cara – cara orang tua mendidik anak.
a)      Kondisi ekonomi kelurga
Keharmonisan hubungan antar orang tua dan anak kadang-kadang tidak terlepas dari faktor ekonomi ini.faktor kekurangn ekonomi menyebabkan suasan rumah menjadi muram yang pada gilirannya menyebabakan hilangnya kegaiarahan anak untuk Belajar.faktor kesulitan ekonomi ini justru mejadi cambuk atau pendorong bagi anak untuk lebih berhasil.
b)      Hubungan emosional orang tua dan anak
Dalam suasana rumah yang selalu ribut dengan pertengkaran akan mengakibatkan terganggunya ketenangan dan konsentrasi anak, sehingga anak tidak bisa belajar dengan baik.
c)      Cara menddik anak
Keluarga yang menjalankan cara-cara mendidik anaknya secara diktator militer, ada yang demokrasi, pendapat anak diterima oleh orang tua, tetapi ada juaga kelurga yang acuh tak acuh dengan pendapat setiap anggota.
2)      Faktor sekolah
Faktor lingkungan sekolah seperti para guru, pegawai administrasi, dan temen-temen sekolah, dapat memengaruhi semangat belajar seorang anak.  Faktor guru dan cra mengajarnya merupakan faktor penting pula. Sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang di miliki guru, dan bagaiamana guru mengajarkan pengetahuan itu kepada anak didinya, bisa turut menentukan hasil belajar yang dapat dicapi anak.
Faktor lain yanag membantu kesungguhan belajar anak di sekolah adalah faktor disiplin,sudah tentu anak-anak tidak akan serius dalam belajar, sehingga mutu pelajarannya akan menurun.
3)      Faktor lingkungan lain
Faktor teman bergaul dan aktivitas dalam masyarakat dapat pula memengaruhi kegiatan belajar anak. Jika seorang anak teerlalu banyak melakukan aktivitas di luar rumah dan di luar sekolah, sementara ia kuarang mampu  membagi waktu belajar, dengan sendirinya aktivitas  tersebut akan merugikan anak karena kegiatan belajarnya menjadi terganggu.

C.    TEORI BELAJAR
A.    TEORI BELAJAR PENGKONDISIAN KLASIK
Conditional adalah suatu bentuk belajar yang kesanggupan untuk berespons terhadap stimulus tertentu dapat dipindahkan pada stimulus lain.
Memang, satu diantara teori belajar yang paling awal dan paling terkenal adalah conditioning klasik (classical conditioning), yang kini banyak dikaitkan dengan Ivan Pavlov. Pavlov adalah seorang psikolog yang mengadakan pengamatan terhadap reflex pengeluaran air liur pada anjing. Kelemahan dari conditioning ini ialah, teori ini menganggap bahwa belajar itu hanyalah terjadi secara otomatis, peranan latihan/kebiasaan terlalu ditonjolkan, dan teori conditioning memang tepat kalau kita hubungkan dengan kehidupan binatang.[9]

B.     TEORI BELAJAR PENGKONDISIAN OPERAN
Istilah conditioning operan (operant conditioning) diciptakan oleh skinner dari memiliki arti umum conditioning perilaku. Istilah “operan” di sini berarti operasi (operation) yang pengaruhnya mengakibatkan organisme melakukan suatu perbuatan pada lingkungannya, misalnya perilaku motor yang biasanya merupakan perbuatan yang dilakukan secara sadar (hardy & heyes, 1985;reber, 1988). Kelemahan teori ini adalah proses belajar dapat diamati secara langsung, proses belajar bersifat otomatis-mekanis, dan proses belajar manusia yang dianalogikan dengan perilaku hewan.[10]

C.    TEORI BELAJAR OBSERVATIONAL LEARNING
Teori belajar social learning oleh Albert Bandura menyatakan bahwa orang belajar banyak perilaku melalui peniruan , bahkan terkadang tanpa adanya penguatan (reinforcement) yang diterima. Observer pun terkadang meniru beberapa perilaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model.[11]
Teori belajar social ini menjelaskan bagaimana kepribadian seseorang berkembang melalui proses pengamatan, dimana orang belajar melalui pengamatan, dimana sesorang belajar melalui proses observasi atau pengamatan terhadap perilaku lain terutama pemimpin atau orang yang dianggap memiliki nilai lebih dibanding dirinya. Istilah yang sering dikenal dengan dalam teori belajar social adalah modeling (peniruan).
Modeling lebih dari sekedar peniruan atau mengulangi perilaku model, tapi lebih dari itu semua bahwa peniruan perilaku modeling melibatkan penambahan atau pengurangan tingkah laku yang diamati, kemudian menggeneralisasikan berbagai respon tersebut sekaligus melibatkan proses kognitif.
Proses modeling dilakukan dengan melalui empat tahapan, yaitu:
a.       Perhatian, dipengaruhi oleh asosiasi observer dengan objek manusia yang diamati (model),sifat dari model tersebut, dan seberapa besar arti penting objek manusia yang dihadapi itu.
b.      Representasi, berarti tingkah laku yang ditiru tersebut harus disimbolkan dalam ingatan
c.       Peniruan tingkah laku, pengamat harus mempunyai kemampuan untuk meniru tingkah laku dari model yang diamati.
d.      Motivasi, proses modeling ini akan efektif apabila orang yang mengamati tersebut mempunyai motifasi yang tinggi untuk meniru objek yang diamati.[12]

D.    TEORI BELAJAR KOGNITIF
Teori kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Teori ini mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, melainkan tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.[13]

BAB III
PEMBAHASAN ARTIKEL

A.    ARTIKEL TERKAIT TEORI
Dalam kegiatan belajar dan mengajar di sekolah terjadi sebuah proses yaitu interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa jika terjadi kegiatan belajar kelompok. Dalam interaksi tersebut akan terjadi sebuah proses Pembelajaran, pembelajaran secara umum didefinisikan sebagai suatu proses yang menyatukan kognitif, emosional, dan lingkungan pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh, meningkatkan, atau membuat perubahan’s pengetahuan satu, keterampilan, nilai, dan pandangan dunia (Illeris, 2000; Ormorod, 1995).
Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar berlangsung. Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan teori-teori belajar. Teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana orang dan hewan belajar, sehingga membantu kita memahami proses kompleks inheren pembelajaran. (Wikipedia)
Bertolak dari perubahan yang ditimbulkan oleh perbuatan belajar, para ahli teori belajar berusaha merumuskan pengertian belajar. Di bawah ini dikutip beberapa batasan belajar, agar dapat menjadi bahan pemikiran dan renungan mengenai pengertian belajar yang berlangsung di kelas.
Belajar proses perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecendrungan respon pembawaan, pemaksaan, atau kondisi sementara (seperti lelah, mabuk, perangsang dan sebagainya).
Menurut Morgan (Gino, 1988: 5) menyatakan bahwa belajar merupakan salah satu yang relatif tetap dari tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman. Dengan demikian dapat diketahui bahwa belajar adalah usaha sadar yang dilakukan manusia melalui pengalaman dan latihan untuk memperoleh kemampuan baru dan merupakan perubahan tingkah laku yang relatif tetap, sebagai akibat dari latihan. Menurut Hilgard (Suryabrata, 2001:232) menyatakan belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perbuatan yang ditimbulkan oleh lainnya.
Selanjutnya menurut Gerow (1989:168) mengemukakan bahwa “Learning is demonstrated by a relatively permanent change in behavior that occurs as the result of practice or experience”.
Belajar adalah ditunjukkan oleh perubahan yang relatif tetap dalam perilaku yang terjadi karena adanya latihan dan pengalaman-pengalaman.Kemudian menurut Bower (1987: 150) “Learning is a cognitive process”. Belajar adalah suatu proses kognitif.
Dalam pengertian ini, tidak berarti semua perubahan berarti belajar, tetapi dapat dimasukan dalam pengertian belajar yaitu, perubahan yang mengandung suatu usaha secara sadar, untuk mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan pengertian belajar yang dikemukakan di atas dapat diidentifikasi beberapa elemen penting yang mencirikan pengertian belajar yaitu : Belajar adalah merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang buruk. Perubahan itu tidak harus segera nampak setelah proses belajar tetapi dapat nampak di kesempatan yang akan datang. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman.Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru, yang berlaku dalam waktu yang relatif lama. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian baik fisik maupun phisikis.
Teori manapun pada prinsifnya, belajar meliputi segala perubahan baik berpikir, pengetahuan, informasi, kebiasaan, sikap apresiasi maupun pengertian. Ini berarti kegiatan belajar ditunjukan oleh adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman. Perubahan akibat proses belajar adalah karena adanya usaha dari individu dan perubahan tersebut berlangsung lama. Belajar merupakan kegiatan yang aktif, karena kegiatan belajar dilakukan dengan sengaja, sadar dan bertujuan. Agar kegiatan belajar mencapai hasil yang optimal, maka diusahakan faktor penunjang seperti kondisi peserta didik yang baik, fasilitas dan lingkungan yang mendukung serta proses belajar mengajar yang tepat.

B.     PEMBAHASAN ARTIKEL BERDASARKAN TEORI
Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar, yaitu: teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, dan teori belajar konstruktivisme. Teori belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran. Teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak. Dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebuah proses di mana pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep.
1.      Teori belajar Behaviorisme
Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
2.      Teori Belajar kognitivisme
Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.
Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada asPek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar.Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan.
3.      Teori Belajar Konstruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih pahamdan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.


BAB IV
PENUTUP
A.    SIMPULAN
Belajar merupakan salah satu cara seseorang untuk mengetahui sesuatu. Unsur penting dalam pengertian belajar yaitu situasi belajar mesti bertujuan, dan tujuan-tujuan tersebut diterima, baik oleh individu maupun masyarakat.
Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dan perubahan itu bisa mengarah pada tingkah laku yang lebih baik, akan tetapi juga ada kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk. Perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar.
Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut aspek-aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah, keterampilan, kecakapan, sikap, ataupun kebiasaan.
Faktor-faktor yang memengaruhi belajar dan hasil belajar dibagi menjadi 2 yaitu  faktor endogen dan eksogen. Faktor endogen meliputi faktor fisik dan psikis. Sedangkan faktor eksogen meliputi faktor keluarga, sekolah, dan lingkungan.
B.     SARAN
Saran yang ingin kami sampaikan adalah bahwa kita sebagai pembelajar maupun yang nantinya akan menjadi model (contoh), hendaknya bersikap mengikuti sikap dan perilaku Nabi saw, karena beliau adalah suri teladan yang baik sesuai apa yang dijelaskan Allah dalam Alquran. Dan hendaknya jika ingin meniru tingkah laku orang lain, tirulah yang baik-baik



[1] DRS. M. Ngalim, Purwanto, MP. Psikologi Pendidikan. (Bandung, PT Remaja Rosdakarya.1990)hal.84
[2] Ibid.hal.84
[3] Ibid.hal.84
[4] Drs Alex Sobur,. M.Si. Psikologi Umum dalam lintasan sejarah. (Bandung, CV Pustaka Setia.2013)hal.220
[5] Ibid.hal.219
[6] Drs Alex Sobur,. M.Si. Psikologi Umum dalam lintasan sejarah. (Bandung, CV Pustaka Setia.2013)hal.221
[7] Ibid.hal.222
[8] Drs Alex Sobur,. M.Si. Psikologi Umum dalam lintasan sejarah. (Bandung, CV Pustaka Setia.2013)hal.244
[9] Drs Alex Sobur,. M.Si. Psikologi Umum dalam lintasan sejarah. (Bandung, CV Pustaka Setia.2013)hal.223
[10] Ibid.hal.227
[11] Joko winarto. Teori Belajar Sosial Albert Bandura.  http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-belajar-sosial-albert-bandura/ .diakses 28 september 2016, pukul 02.20
[12] Joko winarto. Teori Belajar Sosial Albert Bandura. http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-belajar-sosial-albert-bandura/. diakses 28 september 2016, pukul 02.30
[13]Linda L. Davindoff. Psikologi Suatu Pengantar.http://ayasipelitahayati.wordpress.com/2010/04/08/teori-sosial-kognitif-dari-albert-bandura/ diakses 27 September 2016, pukul 18.30