BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Rendahnya
pengetahuan mengenai teori belajar yang benar menyebabkan banyaknya anak yang
malas belajar. Padahal belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja.
Belajar juga tidak berpatokan pada guru saja, tetapi juga masyarakat. Seperti
pendapat Crow & crow, dalam buku
Educational Psychology (1958) yang menyatakan ”learning is acquisition of
habits, knowledge, dan attitude”, belajar adalah memperoleh
kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap. Jadi belajar juga dapat dilakukan
dalam bermasyarakat.
Oleh karena itu
dalam makalah ini akan dibahas tentang pengertian belajar dan teori belajar.
Serta faktor-faktor yang memengaruhi proses belajar.
B.
BATASAN
MASALAH
Untuk mempermudah arah pembahasan
masalahini penulis membuat batasan masalah sebagai berikut:
1.
Pengertian
belajar
2.
Faktor-faktor yang
memengaruhi belajar dan hasil belajar
3.
Teori belajar
C.
RUMUSAN
MASALAH
Dari latar belakang yang ada maka
rumusan masalah yang digunakan adalah:
1.
Apa pengertian
belajar?
2.
Bagaimana faktor-faktor
yang memengaruhi belajar dan hasil belajar?
3.
Apa saja teori
belajar?
D.
TUJUAN
PENULISAN
1.
Mendeskripsikan pengertian
belajar
2.
Mendeskripsikan
faktor-faktor yang memengaruhi belajar dan hasil belajar
3.
Menjelaskan
teori belajar
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
PENGERTIAN
BELAJAR
Sebagai landasan
penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar, terlebih dahulu akan
dikemukakan beberapa definisi:
1.
Morgan, dalam
buku Introduction To Psychology (1978) mengemukakan: “Belajar adalah
setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai
suatu hasil dari latihan atau pengalaman”.[1]
2.
Hilgard dan Bower,
dalam buku Theories Of Learning (1975) mengemukakan. “Belajar berhubungan
dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebakan
oleh pengalamanya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan
tingkah laku itu tidak dapat matangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang
(misalnya kelelahan dan pengaruh obat)”.[2]
3.
Gagne, dalam
buku The Conditions Of Learning (1997) menyatakan bahwa:”Belajar terjadi
apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa
sedemikian rupa sehingga perbuatanya(performance-nya) berubah dari waktu
sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi”.[3]
4.
Crow & Crow,
dalam buku Educational Psychology (1958) menyatakan”learning is
acquisition of habits, knowledge, dan attitude”, Belajar adalah memperoleh
kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap.[4]
5.
Dalam bukunya Conditioning
And Instrumental Learning (1967), Walker mengemukakan arti Belajar dengan
kata-kata yang singkat, yakni “perubahan, perbuatan sebagai akibat dari
pengalaman”.[5]
Berdasarkan
beberapa rumusan definisi di atas, bisa dikemukakan beberapa unsur penting yang
menjadi ciri atas pengertian mengenai belajar, yaitu berikut ini.
1.
Situasi belajar
mesti bertujuan, dan tujuan-tujuan tersebut diterima, baik oleh individu maupun
masyarakat.
2.
Belajar
merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dan perubahan itu bisa mengarah
pada tingkah laku yang lebih baik, akan tetapi juga ada kemungkinan mengarah
pada tingkah laku yang lebih buruk.
3.
Belajar
merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman, dalam
arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak
dianggap sebagai hasil belajar.
4.
Tingkah laku
yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut aspek-aspek kepribadian,
baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu
masalah, keterampilan, kecakapan, sikap, ataupun kebiasaan.[6]
Akhirnya perlu
juga dikemukakan adanya pengertian belajar yang lebih praktis, seperti yang
dikemukaakn Dimyati Mahmud (1990:59). Ia mengungkapkan, tiga pengertian
mengenai perkataan belajar, yakni:
1)
Menemukan
2)
Mengingat
3)
Menjadi efisien.[7]
Kesimpulanya, proses
belajar dapat terdiri dari: Menemukan pemecahan yang asli atau berfikir,
Mengingat, Menjadi efisien menerapkan pemecahan itu terhadap suatui problem,
atau membentuk kebiasaan.
B.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR DAN
HASIL BELAJAR
Secara garis besar,
faktor-faktor yang memengaruhi belajar
anak atau individu dapat dibagi dalam dua bagian.
1.
Faktor Endogen
atau disebut juga faktor internal, yakni semua faktor yang berada dalam diri
individu.
2.
Faktor Eksogen
atau disebut juga faktor eksternal, yakni semua faktor yang berada diluar diri
individu, misalnya orang tua dan guru, atau kondisi lingkungan disekitar
individu.[8]
Kedua faktor
diatas, dalam banyak hal, acap kali saling berkaitan dan memengaruhi satu sama
lain.
a.
Faktor Endogen
Meliputi
dua Faktor, faktor fisik dan faktor psikis
1)
Faktor fisik
Faktor fisik ini bisa kita
kelompokkan lagi menjadi beberapa kelompok, antara lain faktor kesehatan.
Umpamanya anak yang kurang sehat atau kurang gizi, daya tangkap dan kemampuan belajar akan kurang
dibandingkan dengan anak yang sehat.
2)
Faktor psikis
Banyak faktor yang termasuk aspek
psikis yang bisa memengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan
pembelanjaan.adalah faktor-faktor berikutnya.
a)
Faktor
inteligensi atau kemampuan
Pada dasarnya, manusia itu berbeda
satu sama lain. Salah satu perbedaan itu adalah dalam hal kemampuan atau
inteligensi. Sehingga mudah mempelajari sesuatu.dan, sebaliknya, ada orang
kemampuannya kurang ,sehingga mengalami kesulitan untuk mempelajari sesuatu.
Dengan demikian, perbedaan dalam mempelajari sesuatu disebabkan, antara lain,
oleh perbedaan pada taraf kemampuannya.
b)
Faktor perhatian
dan minat
Bagi seorang anak, mempelajari
sesuatu hal yang menarik perhatian akan lebih mudah diterima daripada
mempelajarihal yang tidak menarik perhatian.Dalam penyajian pelajaran pun, hal
ini tidak diabaikan,terutama anak kecil. Anak- anak akan tertarik pada hal yang
baru dan menyenangkan.
c)
Faktor bakat
:Pada dasarnya bakat itu mirip dan
inteligensi. Itulah sebabnya seorang anak yang memiliki inteligensi sanagat
cerdas (Superior) atau cerdas luar biasa (very supperior) disebut juga sebagai
talented child,yakni anak berbakat.
d)
Faktor motivator
Motivasi adalah keadan internal
organisme yang mendorong berbuat sesuatu Karena belajar merupakan suatu proses
yang timbul dari dalam, faktor motivasi memegang peranan pula.
e)
Faktor kematangan
Kematangan adalah tingkat
perkembangan pada individu atau organ-organnya sehingga berfungsi sebagaimana
mestinya.
f)
Faktor kepribadaian
Faktor kepribadaian anak
mempengaruhi keadaan anak. Fase perkembanagan seorang anak tidak selalu sama.
Dalam proses pembentukan kepribadian ini, ada beberapa fase yang harus dilalui.
b.
Faktor Eksogen
Faktor
Eksogen berasal dari luar diri anak. Secara garis besar kita bisa membaginya
dalam tiga faktor, yakni: (a) faktor keluarga, (b) faktor sekolah, dan (c)
faktor lingkungan lain, di luar keluarga dan sekolah.
1)
Faktor kelurga
Menurut
pandangan sosilogis,Kelurga adalah lembaga sosial terkecil dari masyarakat.
Pada setiap masyarakat, Keluarga meruapakan pranata sosial yang sangat penting
artinya bagi kehidupan sosial. Betapa tidak, warga masyarakat menghabiskan
paling banyak waktunya dalam keluarga,
dibandingkan. Misalnya dengan di tempat kerja, dan keluraga adalah wadah
anak-anak sejak dini dikondisikan dan dipersiapakn untuk kelak dapat melakukan
peranannya dalam dunia orang dewasa.
Dalam
hubungn dengan belajar, faktor keluarga tentu saja mempunyai peran penting.
Faktor keluarga sebagai salah satu penentu yang berpengaruh dalam belajar,
dapat dapat dibagi tiga aspek, yakni: (1) Kondisi ekonomi keluarga, (2)
hubungan emosional orang tua dan anak, (3) cara – cara orang tua mendidik anak.
a)
Kondisi ekonomi
kelurga
Keharmonisan
hubungan antar orang tua dan anak kadang-kadang tidak terlepas dari faktor
ekonomi ini.faktor kekurangn ekonomi menyebabkan suasan rumah menjadi muram
yang pada gilirannya menyebabakan hilangnya kegaiarahan anak untuk
Belajar.faktor kesulitan ekonomi ini justru mejadi cambuk atau pendorong bagi
anak untuk lebih berhasil.
b)
Hubungan
emosional orang tua dan anak
Dalam
suasana rumah yang selalu ribut dengan pertengkaran akan mengakibatkan
terganggunya ketenangan dan konsentrasi anak, sehingga anak tidak bisa belajar
dengan baik.
c)
Cara menddik
anak
Keluarga
yang menjalankan cara-cara mendidik anaknya secara diktator militer, ada yang
demokrasi, pendapat anak diterima oleh orang tua, tetapi ada juaga kelurga yang
acuh tak acuh dengan pendapat setiap anggota.
2)
Faktor sekolah
Faktor
lingkungan sekolah seperti para guru, pegawai administrasi, dan temen-temen
sekolah, dapat memengaruhi semangat belajar seorang anak. Faktor guru dan cra mengajarnya merupakan
faktor penting pula. Sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan
yang di miliki guru, dan bagaiamana guru mengajarkan pengetahuan itu kepada
anak didinya, bisa turut menentukan hasil belajar yang dapat dicapi anak.
Faktor
lain yanag membantu kesungguhan belajar anak di sekolah adalah faktor
disiplin,sudah tentu anak-anak tidak akan serius dalam belajar, sehingga mutu
pelajarannya akan menurun.
3)
Faktor
lingkungan lain
Faktor
teman bergaul dan aktivitas dalam masyarakat dapat pula memengaruhi kegiatan
belajar anak. Jika seorang anak teerlalu banyak melakukan aktivitas di luar
rumah dan di luar sekolah, sementara ia kuarang mampu membagi waktu belajar, dengan sendirinya
aktivitas tersebut akan merugikan anak
karena kegiatan belajarnya menjadi terganggu.
C.
TEORI
BELAJAR
A.
TEORI
BELAJAR PENGKONDISIAN KLASIK
Conditional
adalah suatu bentuk belajar yang kesanggupan untuk berespons terhadap stimulus
tertentu dapat dipindahkan pada stimulus lain.
Memang,
satu diantara teori belajar yang paling awal dan paling terkenal adalah
conditioning klasik (classical conditioning), yang kini banyak dikaitkan dengan
Ivan Pavlov. Pavlov adalah seorang psikolog yang mengadakan pengamatan terhadap
reflex pengeluaran air liur pada anjing. Kelemahan dari conditioning ini ialah,
teori ini menganggap bahwa belajar itu hanyalah terjadi secara otomatis,
peranan latihan/kebiasaan terlalu ditonjolkan, dan teori conditioning memang
tepat kalau kita hubungkan dengan kehidupan binatang.[9]
B.
TEORI
BELAJAR PENGKONDISIAN OPERAN
Istilah
conditioning operan (operant conditioning) diciptakan oleh skinner dari
memiliki arti umum conditioning perilaku. Istilah “operan” di sini berarti operasi
(operation) yang pengaruhnya mengakibatkan organisme melakukan suatu perbuatan
pada lingkungannya, misalnya perilaku motor yang biasanya merupakan perbuatan
yang dilakukan secara sadar (hardy & heyes, 1985;reber, 1988). Kelemahan
teori ini adalah proses belajar dapat diamati secara langsung, proses belajar
bersifat otomatis-mekanis, dan proses belajar manusia yang dianalogikan dengan
perilaku hewan.[10]
C.
TEORI
BELAJAR OBSERVATIONAL LEARNING
Teori
belajar social learning oleh Albert Bandura menyatakan bahwa orang belajar
banyak perilaku melalui peniruan , bahkan terkadang tanpa adanya penguatan
(reinforcement) yang diterima. Observer pun terkadang meniru beberapa perilaku
hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model.[11]
Teori
belajar social ini menjelaskan bagaimana kepribadian seseorang berkembang
melalui proses pengamatan, dimana orang belajar melalui pengamatan, dimana
sesorang belajar melalui proses observasi atau pengamatan terhadap perilaku
lain terutama pemimpin atau orang yang dianggap memiliki nilai lebih dibanding
dirinya. Istilah yang sering dikenal dengan dalam teori belajar social adalah
modeling (peniruan).
Modeling
lebih dari sekedar peniruan atau mengulangi perilaku model, tapi lebih dari itu
semua bahwa peniruan perilaku modeling melibatkan penambahan atau pengurangan
tingkah laku yang diamati, kemudian menggeneralisasikan berbagai respon
tersebut sekaligus melibatkan proses kognitif.
Proses
modeling dilakukan dengan melalui empat tahapan, yaitu:
a.
Perhatian,
dipengaruhi oleh asosiasi observer dengan objek manusia yang diamati
(model),sifat dari model tersebut, dan seberapa besar arti penting objek
manusia yang dihadapi itu.
b.
Representasi,
berarti tingkah laku yang ditiru tersebut harus disimbolkan dalam ingatan
c.
Peniruan tingkah
laku, pengamat harus mempunyai kemampuan untuk meniru tingkah laku dari model
yang diamati.
d.
Motivasi, proses
modeling ini akan efektif apabila orang yang mengamati tersebut mempunyai
motifasi yang tinggi untuk meniru objek yang diamati.[12]
D.
TEORI
BELAJAR KOGNITIF
Teori
kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Teori
ini mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus
dan respon, melainkan tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta
pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Teori
kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling
berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut. Teori ini berpandangan
bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, pengolahan
informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktivitas
yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.[13]
BAB
III
PEMBAHASAN
ARTIKEL
A.
ARTIKEL
TERKAIT TEORI
Dalam kegiatan
belajar dan mengajar di sekolah terjadi sebuah proses yaitu interaksi antara
guru dengan siswa, siswa dengan siswa jika terjadi kegiatan belajar kelompok.
Dalam interaksi tersebut akan terjadi sebuah proses Pembelajaran, pembelajaran
secara umum didefinisikan sebagai suatu proses yang menyatukan kognitif,
emosional, dan lingkungan pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh,
meningkatkan, atau membuat perubahan’s pengetahuan satu, keterampilan, nilai,
dan pandangan dunia (Illeris, 2000; Ormorod, 1995).
Belajar sebagai
suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar berlangsung.
Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan teori-teori belajar. Teori
belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana orang dan hewan belajar,
sehingga membantu kita memahami proses kompleks inheren pembelajaran.
(Wikipedia)
Bertolak dari
perubahan yang ditimbulkan oleh perbuatan belajar, para ahli teori belajar
berusaha merumuskan pengertian belajar. Di bawah ini dikutip beberapa batasan
belajar, agar dapat menjadi bahan pemikiran dan renungan mengenai pengertian
belajar yang berlangsung di kelas.
Belajar proses
perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang
disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana
perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecendrungan
respon pembawaan, pemaksaan, atau kondisi sementara (seperti lelah, mabuk,
perangsang dan sebagainya).
Menurut Morgan
(Gino, 1988: 5) menyatakan bahwa belajar merupakan salah satu yang relatif
tetap dari tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman. Dengan demikian dapat
diketahui bahwa belajar adalah usaha sadar yang dilakukan manusia melalui
pengalaman dan latihan untuk memperoleh kemampuan baru dan merupakan perubahan
tingkah laku yang relatif tetap, sebagai akibat dari latihan. Menurut Hilgard
(Suryabrata, 2001:232) menyatakan belajar merupakan proses perbuatan yang
dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya
berbeda dari perbuatan yang ditimbulkan oleh lainnya.
Selanjutnya
menurut Gerow (1989:168) mengemukakan bahwa “Learning is demonstrated by a
relatively permanent change in behavior that occurs as the result of practice
or experience”.
Belajar adalah
ditunjukkan oleh perubahan yang relatif tetap dalam perilaku yang terjadi
karena adanya latihan dan pengalaman-pengalaman.Kemudian menurut Bower (1987:
150) “Learning is a cognitive process”. Belajar adalah suatu proses kognitif.
Dalam pengertian
ini, tidak berarti semua perubahan berarti belajar, tetapi dapat dimasukan
dalam pengertian belajar yaitu, perubahan yang mengandung suatu usaha secara
sadar, untuk mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan pengertian belajar yang
dikemukakan di atas dapat diidentifikasi beberapa elemen penting yang
mencirikan pengertian belajar yaitu : Belajar adalah merupakan suatu perubahan
dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku
yang baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang buruk.
Perubahan itu tidak harus segera nampak setelah proses belajar tetapi dapat nampak
di kesempatan yang akan datang. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi
melalui latihan dan pengalaman.Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu
pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru, yang berlaku dalam waktu
yang relatif lama. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar
menyangkut berbagai aspek kepribadian baik fisik maupun phisikis.
Teori manapun
pada prinsifnya, belajar meliputi segala perubahan baik berpikir, pengetahuan,
informasi, kebiasaan, sikap apresiasi maupun pengertian. Ini berarti kegiatan
belajar ditunjukan oleh adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman.
Perubahan akibat proses belajar adalah karena adanya usaha dari individu dan
perubahan tersebut berlangsung lama. Belajar merupakan kegiatan yang aktif,
karena kegiatan belajar dilakukan dengan sengaja, sadar dan bertujuan. Agar
kegiatan belajar mencapai hasil yang optimal, maka diusahakan faktor penunjang
seperti kondisi peserta didik yang baik, fasilitas dan lingkungan yang
mendukung serta proses belajar mengajar yang tepat.
B.
PEMBAHASAN
ARTIKEL BERDASARKAN TEORI
Ada tiga
kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar, yaitu:
teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, dan teori belajar
konstruktivisme. Teori belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif
diamati pembelajaran. Teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk
menjelaskan pembelajaran berbasis otak. Dan pandangan konstruktivisme belajar
sebagai sebuah proses di mana pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide
baru atau konsep.
1.
Teori belajar
Behaviorisme
Teori
behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner
tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu
berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah
pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai
aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang
tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan
stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif.
Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau
pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
2.
Teori Belajar
kognitivisme
Teori
belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap
teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini
memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran
melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan
antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini
menekankan pada bagaimana informasi diproses.
Peneliti
yang mengembangkan teori kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari
ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel
menekankan pada asPek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama
terhadap belajar.Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk
konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi
dari lingkungan.
3.
Teori Belajar
Konstruktivisme
Kontruksi
berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan
Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya
modern.
Konstruktivisme
merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.
Pengetahuan
bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil
dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna
melalui pengalaman nyata.
Dengan
teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari
idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat
langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih pahamdan mampu
mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat secara
langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.
BAB
IV
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Belajar
merupakan salah satu cara seseorang untuk mengetahui sesuatu. Unsur penting
dalam pengertian belajar yaitu situasi belajar mesti bertujuan, dan
tujuan-tujuan tersebut diterima, baik oleh individu maupun masyarakat.
Belajar
merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dan perubahan itu bisa mengarah
pada tingkah laku yang lebih baik, akan tetapi juga ada kemungkinan mengarah
pada tingkah laku yang lebih buruk. Perubahan yang terjadi melalui latihan dan
pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan
atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar.
Tingkah laku
yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut aspek-aspek kepribadian,
baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu
masalah, keterampilan, kecakapan, sikap, ataupun kebiasaan.
Faktor-faktor
yang memengaruhi belajar dan hasil belajar dibagi menjadi 2 yaitu faktor endogen dan eksogen. Faktor endogen
meliputi faktor fisik dan psikis. Sedangkan faktor eksogen meliputi faktor
keluarga, sekolah, dan lingkungan.
B.
SARAN
Saran yang ingin
kami sampaikan adalah bahwa kita sebagai pembelajar maupun yang nantinya akan
menjadi model (contoh), hendaknya bersikap mengikuti sikap dan perilaku Nabi
saw, karena beliau adalah suri teladan yang baik sesuai apa yang dijelaskan
Allah dalam Alquran. Dan hendaknya jika ingin meniru tingkah laku orang lain,
tirulah yang baik-baik
[1] DRS. M. Ngalim, Purwanto, MP. Psikologi
Pendidikan. (Bandung, PT Remaja Rosdakarya.1990)hal.84
[2] Ibid.hal.84
[3] Ibid.hal.84
[4] Drs Alex Sobur,. M.Si. Psikologi
Umum dalam lintasan sejarah. (Bandung, CV Pustaka Setia.2013)hal.220
[5] Ibid.hal.219
[6] Drs Alex Sobur,. M.Si. Psikologi
Umum dalam lintasan sejarah. (Bandung, CV Pustaka Setia.2013)hal.221
[7] Ibid.hal.222
[8] Drs Alex Sobur,. M.Si. Psikologi
Umum dalam lintasan sejarah. (Bandung, CV Pustaka Setia.2013)hal.244
[9] Drs Alex Sobur,. M.Si. Psikologi
Umum dalam lintasan sejarah. (Bandung, CV Pustaka Setia.2013)hal.223
[10] Ibid.hal.227
[11] Joko winarto. Teori Belajar
Sosial Albert Bandura. http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-belajar-sosial-albert-bandura/
.diakses 28 september 2016, pukul 02.20
[12] Joko winarto. Teori Belajar
Sosial Albert Bandura. http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-belajar-sosial-albert-bandura/.
diakses 28 september 2016, pukul 02.30
[13]Linda L. Davindoff. Psikologi
Suatu Pengantar.http://ayasipelitahayati.wordpress.com/2010/04/08/teori-sosial-kognitif-dari-albert-bandura/
diakses 27 September 2016, pukul 18.30